Abstrak
Penerapan Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang bermakna dan kontekstual. Salah satu pendekatan yang relevan adalah deep learning atau pembelajaran mendalam. Artikel ini membahas konsep deep learning dalam konteks pedagogi, serta bagaimana pendekatan ini dapat mendorong inovasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT).
Dengan berfokus pada pembelajaran yang membentuk pemahaman konseptual, keterampilan abad ke-21, dan penguatan karakter berbasis nilai Islam, deep learning menjadi fondasi penting dalam transformasi pendidikan. Artikel ini juga menguraikan prinsip, penerapan, tantangan, dan strategi penguatan kapasitas guru dalam menjalankan pembelajaran mendalam di sekolah berbasis Islam terpadu.
1. Pendahuluan
Era digital dan kompleksitas tantangan global menuntut pendidikan yang tidak sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk kemampuan berpikir kritis, bernalar, serta berkarakter kuat. Kurikulum Merdeka mendorong model pembelajaran yang transformatif, partisipatif, dan bermakna melalui prinsip student-centered learning.
Salah satu pendekatan penting dalam kurikulum ini adalah deep learning—sebuah proses pembelajaran yang mendorong siswa memahami konsep secara mendalam, mampu mengaitkannya dengan kehidupan nyata, serta membangun sikap dan keterampilan yang relevan. Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), pembelajaran mendalam ini perlu diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman sebagai fondasi karakter siswa.
2. Konsep Deep Learning dalam Pendidikan
2.1 Definisi Deep Learning (Pembelajaran Mendalam)
Menurut Fullan dkk (2018), deep learning adalah pembelajaran yang menghasilkan kompetensi dan disposisi yang diperlukan untuk hidup secara produktif dalam dunia yang cepat berubah. Ini mencakup 6 Global Competencies: karakter, kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, kreativitas, dan kewargaan global.
2.2 Karakteristik Deep Learning
* Berpusat pada siswa
* Berbasis inkuiri dan proyek
* Menghubungkan pengetahuan dengan praktik nyata
* Melibatkan refleksi, pemaknaan, dan penguatan nilai
* Terintegrasi dengan penguatan karakter dan kompetensi
3. Penerapan Deep Learning di SDIT
3.1 Kolaborasi antara Ilmu dan Nilai Islam
Di SDIT, deep learning diterapkan dengan mengintegrasikan aspek spiritual, moral, dan sosial dalam proses belajar. Misalnya, proyek sosial yang melibatkan nilai gotong royong, kejujuran, dan kepedulian dapat dikaitkan dengan ajaran Islam dan Al-Qur’an.
3.2 Contoh Penerapan
Proyek Profil Pelajar Pancasila (P5) bertema “Gaya Hidup Berkelanjutan” dikaitkan dengan ajaran Islam tentang menjaga alam (khalifah fil ardh).
Pembelajaran Tematik Integratif: Siswa tidak hanya belajar konsep IPA, tetapi juga merefleksikan kebesaran Allah melalui keindahan ciptaan-Nya.
Diskusi dan Refleksi Bermakna: Guru memfasilitasi pertanyaan kritis dan refleksi nilai setelah pembelajaran.
3.3 Peran Guru
Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran, bukan satu-satunya sumber informasi. Guru perlu mampu mengajukan pertanyaan pemantik (trigger questions), memfasilitasi diskusi, dan membantu siswa membangun makna.
4. Tantangan dan Strategi Implementasi
4.1 Tantangan
* Perubahan mindset guru dari “mengajar materi” menjadi “memfasilitasi proses belajar”
* Keterbatasan waktu dalam pembelajaran mendalam
* Belum meratanya pemahaman guru terhadap kurikulum berbasis kompetensi dan proyek
* Integrasi nilai-nilai Islam belum maksimal dalam pendekatan kontekstual
4.2 Strategi
* Pelatihan dan komunitas belajar guru untuk membangun kapasitas pedagogi transformatif
* Desain pembelajaran berbasis proyek yang menyatu dengan nilai keislaman
* Kolaborasi antarguru dalam perencanaan lintas tema dan lintas mata pelajaran
* Penggunaan asesmen formatif dan reflektif, bukan hanya ujian kognitif
5. Kesimpulan
Deep learning dalam konteks Kurikulum Merdeka adalah pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada pemahaman konseptual, keterampilan abad ke-21, dan pembentukan karakter. Di SDIT, pendekatan ini harus berjalan seiring dengan integrasi nilai-nilai Islam untuk menghasilkan generasi yang cerdas, mandiri, kolaboratif, dan berakhlak mulia. Guru perlu bertransformasi menjadi fasilitator pembelajaran yang reflektif dan adaptif agar dapat memfasilitasi pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna bagi siswa.
Daftar Pustaka
> Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the World Change the World. Corwin Press.
> Kemendikbudristek. (2022). Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka.
> Zubaidi, A. (2023). “Integrasi Pendidikan Karakter dan Kurikulum Merdeka di SDIT.” Jurnal Pendidikan Islam Terpadu, 8(2), 135–150.
> Muhaimin. (2011). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah. RajaGrafindo.
> Hadi, S. (2020). “Strategi Pembelajaran Mendalam di Sekolah Dasar.” Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar, 5(1), 33–45.